cara beli saham

Perubahan Cara Membeli Saham dari Zaman Baheula Sampai Zaman Digital

cara beli saham
#image_title – Rekomendasi Saham Hari Ini – Investasi Jangka Pendek

Sejarah Cara Membeli Saham di Indonesia

Cara membeli saham di Indonesia mengalami beberapa fase perubahan. Tak hanya itu, pasar modal di Indonesia mengalami perubahan, mulai dari bursa efek hingga barang yang diperjualbelikan. Tetapi, tahukah Anda kalau saham sudah ada di Indonesia pada masa penjajahan Belanda?

Pasar modal sudah ada di Indonesia sejak tahun 1912 di Batavia atau sekarang bernama Jakarta. Sebenarnya, pasar modal ini didirikan untuk kepentingan pemerintah Belanda sebagai penguasa pasar di Asia. Modal yang didapatkan dari pasar modal ini digunakan untuk membangun perkebunan massal di Indonesia.

Sayangnya, pasar modal tersebut terpaksa ditutup sebagai imbas dari perang dunia I yang terjadi pada tahun 1914. Meskipun sempat buka kembali pada tahun 1925, namun bursa efek ini kembali tutup pada 1940 karena resesi ekonomi tahun 1929 dan perang dunia II. Bursa efek mengalami buka tutup setelah dibuka kembali pada tahun 1952 dan kemudian mulai menggeliat pada tahun 1977.

Jadi, bisa dibayangkan sudah berapa dekade pasar modal ada di Indonesia. Tentu saja sudah mengalami banyak perubahan bila dibandingkan dengan awal hingga sekarang. Termasuk perubahan dalam hal cara membeli saham. Perubahan zaman tentu membuat segala hal menjadi lebih mudah, lebih terjangkau dan dapat dilakukan setiap saat.

Artikel ini akan membawa Anda menjelajah waktu, mulai dari zaman pra-modern hingga era digital saat ini. Sehingga kita dapat mengetahui sejarah pasar modal di Indonesia. Selain itu, juga akan dipertimbangkan bagaimana potensi masa depan perdagangan saham di negara ini.

Perubahan dan Perkembangan Cara Membeli Saham di Indonesia

Zaman Pra-modern : Perdagangan Konvensional

Tahun 1900 an hingga 1960 an

Era pembangunan ekonomi ditandai dengan eksistensinya pada masa kolonial Belanda, yaitu sekitar tahun 1912. Jauh sebelum Indonesia merdeka, kedatangan pemerintah Belanda ke Indonesia membawa perubahan di Indonesia. Salah satunya membuka pasar modal yang awalnya hanya untuk kepentingan Belanda.

Modal yang didapatkan dari pasar modal digunakan untuk membangun perkebunan Indonesia dan hasilnya bisa untuk dibawa ke negara mereka. Sayangnya, pasar modal ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1914, pasar modal yang didirikan VOC harus bubar sebagai akibat perang dunia I.

Namun, nyatanya tak hanya pemerintah Belanda saja yang melakukan pengumpulan dana secara ekternal. Perusahaan di Indonesia juga mencoba mengembangkan perusahaan dengan cara melakukan peminjaman jangka menengah dari bank-bank di Indonesia ataupun Belanda.

Seiring berjalannya waktu, para perusahaan ini mencoba mencari investor dengan cara menjual saham. Lalu berkembang dengan menawarkan obligasi perusahaan untuk mendapatkan dana yang lebih besar. Dari kedua cara inilah, jumlah perusahaan yang didirikan di Belanda maupun Indonesia berkembang dengan pesat.

Hanya 13 perusahaan yang melakukan jual beli saham di bursa saham tersebut. Sebelas di antaranya adalah Fa. Dunlop & Kolf, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monod & Co., Fa. Adree Witansi & Co., Fa. A. W. Deeleman, Fa. H. Jul Joostensz, Fa. Jeanette Walen, Fa. Wiekert & V. D. Linden, Fa. Vermeys & Co., Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.

Tentu saja, cara membeli saham yang digunakan saat itu masih sangat tradisional. Investor harus mengunjungi kantor pialang saham dan melakukan transaksi secara fisik menggunakan sertifikat saham. Sertifikat jenis ini menjadi alat utama dalam perdagangan saham karena dikeluarkan langsung oleh perusahaan dan menjadi alat bukti sah kepemilikan.

Kelebihan dari metode ini adalah investor dapat bertemu langsung dengan pialang saham. Sehingga investor bisa mendapatkan jawaban secara jelas dan lengkap mengenai saham yang akan ia beli. Namun, hal ini juga membuat proses transaksi penjualan dan pembelian saham membutuhkan waktu yang sangat lama.

Era Pembangunan Ekonomi : Perdagangan Melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Tahun 1970 an – 1990 an

Setelah pasar modal yang dibuka pemerintah Belanda tutup pada tahun 1914, pemerintah Belanda membuka kembali bursa efek pada tahun 1925. Tak tanggung-tanggung, terdapat 3 lokasi pembukaannya, yaitu Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang. Sayangnya, resesi ekonomi pada tahun 1929 dan perang dunia ke-II membuat ketiga bursa mengalami kesulitan. Akhirnya terpaksa mengalami penutupan karena keadaan semakin memburuk pada tahun 1940.

Baca juga  Apa Itu Reksadana? Ini Pengertian Dan Jenis-Jenisnya

Setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno kembali membuka Bursa Efek Jakarta pada tahun 1952. Namun, kembali tidak aktif karena ada program nasionalisasi perusahaan Belanda pada tahun 1956 sampai 1977. Operasional bursa hanya dilakukan untuk kalangan tertentu, meliputi bank negara, bank swasta dan pialang efek yang tergabung dalam Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE).

Pemerintah sempat melahirkan undang-undang darurat pada 26 September 1952, yang akhirnya ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa, untuk mengontrol jalannya perdagangan bursa. Lalu, saat Presiden Soeharto menjabat, beliau membuka kembali Bursa Efek Jakarta pada tahun 1977.

Perdagangan saham menjadi lebih terpusat dengan adanya Bursa Efek Jakarta. Pembukaan ini ditandai dengan kehadiran emiten pertama, yaitu PT. Semen Cibinong, yang sekarang sudah berganti nama dan kepemilikan menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk.

Meskipun sudah di buka kembali, pasar modal kurang menarik minat masyarakat karena undang-undang yang berlaku terlalu mengekang dan membatasi ruang gerak perusahaan. Pemerintah yang mengetahui hal itu memilih untuk melakukan revisi undang-undang untuk mempermudah emiten dan investor.

Kebijakan baru, seperti terbukanya peluang investor asing dengan kepemilikan maksimal 49% dan terbentuknya lembaga-lembag baru, mendapat tanggapan positif. Sehingga pasar modal di Indonesia berkembang menjadi lebih baik. Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah saat itu, antara lain Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksadana dan manajer investasi.

Cara membeli saham saat itu masih menggunakan sertifikat saham. Namun, investor sudah bisa melakukan pemesanan saham perusahaan yang terdaftar di BEJ melalui pialang saham. Saat inilah sertifikat saham elektronik mulai dikenalkan kepada masyarakat Indonesia.

Kelebihan era pembangunan ekonomi ini adalah BEJ membawa tingkat standar dan regulasi yang lebih baik pada perdagangan saham. Kekurangannya adalah proses transaksi masih membutuhkan waktu yang lama karena masih menggunakan sertifikat saham dalam bentuk fisik.

Era Digital : Perdagangan Saham Secara Online

Tahun 2000 an hingga sekarang

Pada masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tepatnya tahun 2007, dilakukan pembaruan terhadap pasar modal. Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya di gabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan untuk meningkatkan kapitalisasi pasar di bursa saham dan meningkatkan jumlah emiten.

Dengan adanya BEI, semakin banyak produk yang diperjual-belikan. Sebut saja saham, reksadana, surat utang, dan beberapa produk derivatifnya. Berbagai peraturan dan kebijakan juga mulai di buat sejak nama BEI diresmikan pada 7 Januari 2008. Hal ini tentu membawa perubahan pula pada jenis produk yang di jual. Salah satunya tidak lagi menggunakan sistem sertifikat saham.

Keuntungan yang didapatkan saat membeli saham didapatkan dari pembagian dividen oleh perusahaan atau penjualan saham saat harga jual lebih besar dari harga beli. Jual beli surat utang mulai dikenal oleh masyarakat, mulai dari obligasi korporasi hingga surat utang negara.

Tak dinyana, perkembangan pasar modal saat ini sangat pesat. Hal ini tentu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu teknologi yang semakin modern. Saat ini, semua lapisan masyarakat Indonesia dapat melakukan transaksi jual beli produk investasi hanya dari rumah dengan mengandalkan akses internet.

Cara membeli saham di pasar saham juga sudah lebih mudah dan simpel. Masyarakat yang ingin membeli produk investasi dapat membuat akun sebelum melakukan transaksi, melalui sekuritas saham yang di rasa cocok. Begitu pula membuat rekening dana yang digunakan untuk membeli saham, bisa di buat tanpa perlu repot-repot datang ke bank. Hal ini cukup memudahkan untuk melakukan transaksi saham bagi pemula.

Produk investasi yang dijual-belikan sudah berupa sertifikat saham elektronik. Bahkan saat ini, investasi reksadana bisa dilakukan tanpa modal yang banyak, yaitu setoran awal mulai Rp 100.000 saja, masyarakat Indonesia sudah bisa mendapatkan keuntungan dari investasi. Hal ini bertujuan menyasar investor-investor muda untuk mulai berinvestasi.

Salah satu hal yang perlu diingat adalah pemilihan produk investasi harus terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Hal ini bertujuan untuk membuat rasa aman saat melakukan investasi dan ada lembaga yang bisa memberikan solusi bila terjadi hal yang tidak diinginkan.

Kemudahan pengecekan pergerakan saham menjadi salah satu perubahan yang dirasakan di era ini. Kita dapat memantau pergerakan saham melalui aplikasi atau website masing-masing sekuritas saham. Pemantauan harga saham juga dapat kita lakukan melalui indeks harga saham gabungan (IHSG) yang dapat di akses melalui website BEI.

Kelebihan dari era digital ini adalah perdagangan produk investasi menjadi lebih terjangkau, cepat dan efisien. Meski begitu, kekurangan yang dimilikinya adalah risiko keamanan online yang mulai meresahkan dengan adanya virus ataupun hacker, dan juga volatilitas pasar yang lebih cepat.

Baca juga  Menyibak Misteri Unusual Market Activity (UMA) Dari Segi Analisis Teknikal

Perkembangan Teknologi dan Perubahan dalam Cara Membeli Saham

Perubahan demi perubahan terjadi di pasar modal Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari beberapa faktor, yaitu perubahan dalam alat perdagangan dan strategi trading.

Perubahan dalam Alat Perdagangan

Seperti yang telah diuraikan di atas, alat perdagangan mengalami perubahan, mulai dari sertifikat saham fisik, lalu berubah menjadi setifikat saham elektronik, hingga saat ini sudah berubah menjadi platform online. Dengan kondisi yang seperti ini, memungkinkan investor untuk mengakses informasi dan melakukan perdagangan dengan lebih efisien dibandingkan sebelumnya.

Dengan adanya Bursa Efek Indonesia, jadi semakin banyak pula produk investasi yang diperjual-belikan. Saat ini, terdapat 6 jenis efek yang sekarang ada di BEI, yaitu saham, reksadana, obligasi, DIRE (Dana Investasi Real Estate), ETF (Exchange Traded Fund), dan EBA (Efek Beragun Aset).

Keenam jenis efek tersebut telah dapat di akses melalui platform online yang berarti semua dilakukan secara elektronik. Cara membeli saham pun menjadi lebih efisien dan fleksibel. Kemudahan ini tak elak dari kemajuan teknologi yang berkembang secara pesat. Terlebih kondisi pandemi covid-19, telah membuat percepatan transformasi digital.

Perubahan dalam Strategi Trading

Perubahan teknologi tak hanya membawa perubahan dalam hal pelaksanaan perdagangan efek, namun juga pada strategi yang digunakan oleh investor. Teknologi telah memungkinkan pengguna melakukan analisis teknikal yang lebih canggih dan menerapkan strategi trading yang berbeda daripada sebelumnya.

Kemampuan dalam melakukan analisis dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Termasuk gaya masing-masing individu dalam melakukan trading. Hal ini memungkinkan penerapan strategi trading setiap orang juga berbeda.

Teknologi membawa kemudahan dalam mengakses informasi keadaan pasar yang berdampak pada perubahan harga produk investasi. Namun, satu hal yang dapat dipastikan, investor dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dan responsif terhadap perubahan pasar. Sehingga dapat meminimalisir kemungkinan mengalami kerugian.

Masa Depan : Potensi Perdagangan Saham di Indonesia

Kemajuan Teknologi Masa Depan

Tak dapat di pungkiri jika teknologi masih terus berubah dan bisa berubah di masa depan. Sehingga kemungkinan masih sangat terbuka lebar jika pasar modal di Indonesia juga akan mengalami perubahan. Dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut, membuka kesempatan pasar modal untuk berkembang menjadi lebih efisien dan inovatif.

Penggunaan teknologi, seperti kecerdasan buatan dan blockchain, dapat mengubah cara perdagangan saham. Program kecerdasan buatan dapat membuat aturan investasi sendiri dengan algoritma/cara yang hanya bisa diketahui oleh sebagian orang. Kecerdasan buatan menjadikan pasar modal sebagai sektor yang unik karena dapat memberikan kekuatan atas perusahaan.

Sementara blockchain saat ini digunakan untuk mengurangi peran perantara, mengurangi waktu penyelesaian transaksi dan biaya yang ditimbulkan, serta beberapa kelebihan lainnya. Teknologi ini memungkinkan pengubahan aset nyata, seperti real estate, komoditas, saham ekuitas swasta, dan barang fisik menjadi aset digital. Sehingga dapat diperjual-belikan di BEI dengan waktu real time.

Peran Investor Masa Depan

Keberlangsungan pasar modal di Indonesia tak lepas dari peran investor didalamnya. Investor di masa depan akan memiliki akses yang tak terbatas dengan bantuan teknologi. Salah satu di antaranya adalah kemudahan dalam mendapatkan informasi dan juga alat pendukung saat pengambilan keputusan untuk berinvestasi saham.

Akses informasi yang tak terbatas dapat memberikan peluang untuk investor menentukan kondisi di masa depan. Tentu saja hal ini akan berpengaruh pada keputusan jual beli saham. Begitu pula dengan alat pendukung analisis. Kemungkinan terbuka lebar jika alat pendukung analisis ini menjadi semakin canggih dan lebih mudah digunakan.

Kedua hal tersebut memungkinkan investasi berbasis data dan analisis yang lebih canggih menjadi tren baru. Akses informasi yang lebih mudah menjadikan alat analisis sebuah tren baru bukanlah hal yang sulit.

Kesimpulan Perubahan Cara Membeli Saham di Indonesia

Perdagangan saham di Indonesia telah mengalami perjalanan yang panjang dan penuh perkembangan. Dari perdagangan konvensional menjadi era digital seperti saat ini, investor telah melihat perubahan besar dalam cara membeli dan menjual saham.

Dengan perkembangan teknologi, cara trading saham menjadi lebih efisien, cepat dan terjangkau. Dan dengan kemajuan teknologi yang terus berlanjut, masa depan perdagangan di Indonesia mungkin membawa inovasi yang lebih besar dan peluang yang lebih luas bagi investor.

Kemudahan demi kemudahan bisa saja terjadi di masa depan yang membawa pasar modal ke arah yang lebih positif. Sehingga jangkauan pasar modal juga semakin tak terbatas di kemudian hari. Jika anda tertarik dengan bimbingan Saham Gorengan silahkan join ke Premium di bit.ly/ksgpremium

9 Cara Beli Saham Ala tim Saham Gorengan Yang Perlu Di Ketahui Pemula
9 Cara Beli Saham Ala tim Saham Gorengan Yang Perlu Di Ketahui Pemula

Mendengar cerita investor dan trader saham yang mendapat keuntungan hingga ratusan juta hanya dengan memantau pergerakan indeks saham dan terlihat Read more

Menyibak Misteri Unusual Market Activity (UMA) Dari Segi Analisis Teknikal
unusual market activity

Unusual Market Activity #image_title - Rekomendasi Saham Hari Ini - Investasi Jangka Pendek Unusual Market Activity Read more

Apa Itu Reksadana? Ini Pengertian Dan Jenis-Jenisnya
apa itu reksadana

Apa Itu Reksadana #image_title - Rekomendasi Saham Hari Ini - Investasi Jangka Pendek Dalam lanskap finansial Read more

Cara Menanam Saham di Perusahaan: Panduan Lengkap untuk Pemula
menanam-saham

Cara Menanam Saham di Perusahaan: Panduan Lengkap untuk Pemula Menanam saham di perusahaan adalah salah satu cara yang efektif untuk Read more

Share this post!

Gulir ke Atas

Login / Register

Login untuk dapatkan watchlist gratis setiap harinya

atau

Whatsapp Kami!